Pancasila Is Marhaenism. Marhenism Is Pancasila.
Malam
itu aku menggali, menggali didalam ingatanku, menggali didalam ciptaku,
menggali didalam khayalku, apa yang terpendam didalam bumi indonesia
ini agar supaya dari hasil penggalian itu dapat dipakainya sebagai dasar
negara Indonesia yang akan datang.
Sudah terbukti
bahwa Pancasila yang saya gali dan saya persembahkan kepada rakyat
indonesia,bahwa pancasila itu benar-benar satu dasar yang dinamis, bahwa
suatu dasar yang benar-benar dapat menghimpun segenap tenaga rakyat
Indonesia, satu dasar yang bisa mempersatukan rakyat Indonesia untuk
bukan saja mencetuskan Revolusi tetapi juga mengakhiri Revolusi ini
dengan baik, maka aku adalah sebenarnya utusan wakil dari pada revolusi
Indonesia, Revolusi Indonesia ini bukan Revolusi Seokarno tetapi
Revolusi dari rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. (Pidato
Ir.Soekarno)
Dalam
kelima prinsip yang diejawantahkan oleh Bung Karno yang disebut
Pancasila, Bung karno pun menawarkan alternatif dari lima rumusan itu
dapat disederhanakan lagu menjadi tiga prinsip yaitu:
A. Sosio-Nasionalisme ( Sinkronisasi dari Nasionalsme dan Internasionalisme)
B. Sosio-Demokrasi ( Sinkronisasi Dari demokrasi politik dan demokrasi ekonomi)
C. KeTuhanan yang maha Esa
Ketiga
prinsip ini disebut Trisila oleh Bung Karno yang merupakan formulasi
dari MARHAENISME sebagai hasil dari kontemplasi Bung Karno dan merupakan
dasar dari asas pejuangan kaum pergerakan marhaen.
Semua
perenungan bung karno baik yang versi 5 prinsip maupun yang 3 prinsip
masih dapat serap menjadi suatu prinsip tunggal yaitu GOTONG ROYONG yang
disebut Eka Sila.
Secara
Fundamental teori Marhaenisme menggunakan dialektika dan matrealisme
historis, dimana dialektika terdapat Tesis,Antitesis,Sintesis, sebagai
dasar dalam metodenya. Sedangkan matrealisme historis menelaah dasar
pemikiran masyarakat berubah. Dalam teori Marhaenisme terdapat dua
elemen dalam konteks sejarah perkembangan masyarakat Indonesia dimasa
feodalisme,kapitalisme- imperialisme yaitu:
A. Elemen Establishment yakni menguasai tesis dan menjalankan suatu sistem kelangsungan tesis tersebut.
B. Elemen perubahan yakni elemen yang terdapat dalam struktur antitesis.
Jika
elemen pertama gugur karena adanya anti-tesis maka keadaan baru atau
tesis akan dikuasai oleh elemen perubahn tersebut. Seterusnya elemen
perubahan akan menjadi elemen estabilsment.
Proses
perubahan dalam dialektika dan matrealisme historis dapat dijelaskan
secara singkat seperti ini : Tesis = Feodalisme > AntiTesis =
Perubahan > Sintesis/tesis = Kapitalisme > Antitesis = Perubahan
> Sintesis/tesis = Sosialisme.
Proses
tersebut adalag fase yang akan dilalui oleh masyarakat indonesia namun
dalam teori Marhaenisme dijelaskan tanpa fase kapitalisme dapat dicapai
sosialisme. Kemudian teori ini disebut dikatakan soekarno sebagau teori
sprong dengan pentahapan revolusi. Bung Karno membagi tahap revolusi
sebagai berikut:
1. Fase pertama, nasional demokratis semua elemen progresif dikumpulkan untuk menyingkirkan musuh penghalang revolusi.
2. Fase Kedua, Sosialisme demokrasi setelah semua penghalang disingkirkan makan lanjut membangun landas dasar sosialisme.
3.
Fase Ketiga, landasan mental telah terbentuk makan dibuatlah landasan
fisiknya dengan berakhirnya fase kedua maka siap memasuki fase ketiga
yaitu Sosialisme Indonesia.
Sosialisme
indonesia itu sendiri diejawantahkan menjadi Sosialisme-Nasionalism dan
Sosialisme-Demokrasi yang merupakan kritikan soekarno atas demojkrasi
barat yang liberalistis.
Dengan
singkat, disimpulkan bahwa Pancasila adalah salah satu lapisan irisan
marhaenisme dalam praktit menjalankan ketatanegaraan Indonesia.
Marhaenisme itu sendiri spirit yang terkandung dalam Pancasila.
Anton Jaksa Trisakti, 1 Juni 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar