Kamis, 01 Juni 2017

Dasar Penggalian Pancasila

Pancasila Is Marhaenism. Marhenism Is Pancasila.


Malam itu aku menggali, menggali didalam ingatanku, menggali didalam ciptaku, menggali didalam khayalku, apa yang terpendam didalam bumi indonesia ini agar supaya dari hasil penggalian itu dapat dipakainya sebagai dasar negara Indonesia yang akan datang. 
Sudah terbukti bahwa Pancasila yang saya gali dan saya persembahkan kepada rakyat indonesia,bahwa pancasila itu benar-benar satu dasar yang dinamis, bahwa suatu dasar yang benar-benar dapat menghimpun segenap tenaga rakyat Indonesia, satu dasar yang bisa mempersatukan rakyat Indonesia untuk bukan saja mencetuskan Revolusi tetapi juga mengakhiri Revolusi ini dengan baik, maka aku adalah sebenarnya utusan wakil dari pada revolusi Indonesia, Revolusi Indonesia ini bukan Revolusi Seokarno tetapi Revolusi dari rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. (Pidato Ir.Soekarno)


Dalam kelima prinsip yang diejawantahkan oleh Bung Karno yang disebut Pancasila, Bung karno pun menawarkan alternatif dari lima rumusan itu dapat disederhanakan lagu menjadi tiga prinsip yaitu:
A. Sosio-Nasionalisme ( Sinkronisasi dari Nasionalsme dan Internasionalisme)
B. Sosio-Demokrasi ( Sinkronisasi Dari demokrasi politik dan demokrasi ekonomi)
C. KeTuhanan yang maha Esa

Ketiga prinsip ini disebut Trisila oleh Bung Karno yang merupakan formulasi dari MARHAENISME sebagai hasil dari kontemplasi Bung Karno dan merupakan dasar dari asas pejuangan kaum pergerakan marhaen.
Semua perenungan bung karno baik yang versi 5 prinsip maupun yang 3 prinsip masih dapat serap menjadi suatu prinsip tunggal yaitu GOTONG ROYONG yang disebut Eka Sila.

Secara Fundamental teori Marhaenisme menggunakan dialektika dan matrealisme historis, dimana dialektika terdapat Tesis,Antitesis,Sintesis, sebagai dasar dalam metodenya. Sedangkan matrealisme historis menelaah dasar pemikiran masyarakat berubah. Dalam teori Marhaenisme terdapat dua elemen dalam konteks sejarah perkembangan masyarakat Indonesia dimasa feodalisme,kapitalisme-imperialisme yaitu:
A. Elemen Establishment yakni menguasai tesis dan menjalankan suatu sistem kelangsungan tesis tersebut.
B. Elemen perubahan yakni elemen yang terdapat dalam struktur antitesis.
Jika elemen pertama gugur karena adanya anti-tesis maka keadaan baru atau tesis akan dikuasai oleh elemen perubahn tersebut. Seterusnya elemen perubahan akan menjadi elemen estabilsment.

Proses perubahan dalam dialektika dan matrealisme historis dapat dijelaskan secara singkat seperti ini : Tesis = Feodalisme > AntiTesis = Perubahan > Sintesis/tesis = Kapitalisme > Antitesis = Perubahan > Sintesis/tesis = Sosialisme.

Proses tersebut adalag fase yang akan dilalui oleh masyarakat indonesia namun dalam teori Marhaenisme dijelaskan tanpa fase kapitalisme dapat dicapai sosialisme. Kemudian teori ini disebut dikatakan soekarno sebagau teori sprong dengan pentahapan revolusi. Bung Karno membagi tahap revolusi sebagai berikut:
1. Fase pertama, nasional demokratis semua elemen progresif dikumpulkan untuk menyingkirkan musuh penghalang revolusi.
2. Fase Kedua, Sosialisme demokrasi setelah semua penghalang disingkirkan makan lanjut membangun landas dasar sosialisme.
3. Fase Ketiga, landasan mental telah terbentuk makan dibuatlah landasan fisiknya dengan berakhirnya fase kedua maka siap memasuki fase ketiga yaitu Sosialisme Indonesia.

Sosialisme indonesia itu sendiri diejawantahkan menjadi Sosialisme-Nasionalism dan Sosialisme-Demokrasi yang merupakan kritikan soekarno atas demojkrasi barat yang liberalistis.

Dengan singkat, disimpulkan bahwa Pancasila adalah salah satu lapisan irisan marhaenisme dalam praktit menjalankan ketatanegaraan Indonesia. Marhaenisme itu sendiri spirit yang terkandung dalam Pancasila.

Anton Jaksa Trisakti, 1 Juni 2017.